4.14.2010

Tips Duduk Yang Benar di Depan Komputer

Duduk bisa mengurangi rasa penat, memang benar. Tetapi kalau dilakukan dalam jangka waktu lama dan posisi statis,
justru bisa menimbulkan gangguan pada leher, bahu, punggung, dan lengan. Alias RSI itu tadi.

Kenapa bisa begitu? Karena pada sikap kerja statis terjadi kontraksi otot yang kuat dan lama tanpa cukup kesempatan
pemulihan, dan aliran darah ke otot terhambat. Akibatnya, timbul rasa lelah dan nyeri pada otot tubuh. Yang paling
sering dialami adalah rasa sakit, pegal pada bagian belakang tubuh hingga leher, yang disebut juga varicose veins.
Oleh karena itu, perlu menerapkan duduk dinamis, yaitu sesering mungkin mengubah posisi pada saat duduk.

Perlu selalu rileks

Gejala RSI atau juga disebut Cumulative Trauma Disorder bisa terjadi gara-gara posisi tubuh kurang rileks. Ada tekanan
terhadap urat dan saraf tangan, pergelangan tangan, lengan dan pundak, serta leher. Kurang selingan istirahat ketika
mengetik misalnya, apalagi terlalu terforsir dijamin menimbulkan risiko kesehatan(Sekolah Kesehatan).

Upaya pencegahannya, pertama-tama posisi tubuh saat duduk dan teknik mengetik (Kursus Mengetik) mesti benar.
Begitu pula penataan (posisi) sarana kerja harus benar. Tak ada salahnya memang memilih sarana bekerja yang enak
dipakai (ergonomis). Namun, tetap saja kebiasaan bekerja secara baik dan benar lebih penting sebagai pencegahan
ketimbang harus menyediakan perlengkapan yang ergonomis. Baik sarana duduk (kursi), keyboard, atau penyangga pergelangan tangan.

Untuk posisi monitor, disarankan lebih rendah dan agak jauh dari posisi mata. Kursi dan keyboard diatur sedemikian rupa
hingga posisi paha dan lengan sejajar (boleh sedikit menggantung), pergelangan tangan lurus dan sejajar
(tidak menekuk ke bawah atau terlalu jauh ke belakang). Bila memungkinkan, posisi keyboard 2,5 - 5 cm di atas paha.
Jika posisi meja terlalu tinggi, sebaiknya keyboard ditaruh di atas pangkuan.

Bagaimana tentang pengaruh monitor pada mata?

Pengaruh monitor (video display unit/VDU) terhadap kesehatan mata, masih menjadi perdebatan. Pemakai VDU pada
umumnya mengeluhkan tekanan pada mata, nyeri otot leher, sakit pundak dan pinggang. Tapi berdasarkan penelitian
(Beasiswa Penelitian)di Inggris, tidak ada kerusakan permanen pada mata gara-gara VDU, kecuali nyeri sementara
pada mata. Keluhan itu pun masih ditentukan oleh tipe pekerjaannya, monoton atau bervariasi, nonstop atau diselingi
istirahat. Keluhan pun akan berkurang bila posisi duduk dan pencahayaan diperhatikan. Jumlah radiasi gelombang yang
diterima pengguna VDU selama 8 jam/hari sebenarnya hanya 0,5% dari jumlah radiasi yang diterima dari sumber lain.
Kalau masih merasa belum aman tak ada salahnya memasang kaca penahan radiasi sebagai perisai tambahan.

Selain harus duduk pada posisi tegak, jangan pula meregang ke depan untuk mencapai keyboard atau membaca tulisan
di layar monitor. Keadaan demikian justru akan menciptakan masalah. Begitu pun posisi tubuh "sempurna" dapat bermasalah
bila dilakukan secara kaku dan terus menerus dalam jangka panjang. Karenanya disarankan untuk rileks, juga sering-seringlah
bergerak dan mengubah posisi (duduk dinamis). Ini bukan cuma berlaku untuk tangan dan lengan, tapi juga pundak, punggung, dan leher.

Begitu pula saat mengetik, pergelangan tangan hendaknya tidak ditekuk ke atas, ke bawah, atau ke samping. Sedikit memutar-mutar tangan bisa sebagai gantinya istirahat pergelangan tangan. Begitu ada kesempatan berhenti mengetik sejenak, istirahatkan tangan di atas pangkuan atau di sisi samping anda ketimbang ditumpangkan di atas keyboard.

Begitu pun ukuran font (huruf) sebaiknya tidak terlalu kecil supaya mudah terbaca. Sehingga tak perlu membungkukkan
badan ke depan monitor setiap kali membaca teks. Juga melunakkan tekanan pada saraf dan pembuluh darah di leher dan
pundak. Selain ukuran teks dokumen jelas, juga pergunakan warna yang teduh (abu-abu) dan mudah terbaca oleh mata.
Lagi-lagi perbanyak istirahat dan rileks.

Pertimbangkan posisi lampu dan AC

Sesuai dengan namanya, fungsi lampu adalah untuk menerangi ruangan. Selain juga memberikan nuansa dekoratif.
Untuk fungsi dekoratif, lantas perlu memilih lampu yang selaras dengan desain interior (Sekolah Desain Interior).
Namun sebagai sarana penerang, lampu tentu saja harus terang.

Apa pun bentuknya, pilihlah lampu yang cahayanya cukup terang untuk menerangi huruf-huruf tulisan. Selain itu juga tidak
bikin mata silau dan pedih. Untuk ruang kerja, lazimnya digunakan lampu neon. Selain cahayanya terang, juga bisa mengirit
anggaran. Tapi, omong-omong tentang cahaya, pernah ada laporan (tahun 1996), makin terang cahaya lampu ruangan,
makin sering karyawan mengeluh lesu, lelah, dan sakit kepala.

Untuk mengurangi ketajaman sinar yang memedihkan mata, perlu lampu tambahan. Manfaat lainnya, cahaya lampu utama bisa
tersebar. Sementara penempatkan lampu tak langsung yang tidak terlalu terang akan mengurangi ketegangan mata.

Selain kriteria terang, tata letak lampu mesti diperhatikan. Lampu penerang sebuah gedung perkantoran biasanya sudah terpasang
permanen. Kalau demikian adanya, yang mesti dilakukan ya mengatur posisi meja kerja.

Posisi meja kerja mestinya tidak berada persis di bawah titik lampu. Kenapa? Karena sinar lampu dari atas langit-langit tepat
di atas meja kerja menimbulkan bayangan pada halaman buku, koran atau majalah yang tengah dibaca. Jadi posisi lampu demikian
tidak tepat untuk membaca. Posisi lampu hendaknya di belakang agak ke samping, untuk menghindari timbul bayangan pada
halaman buku yang dibaca.

Lalu, bagaimana dengan posisi AC?

Tata letak AC dalam ruang kantor umumnya sudah menetap. Kalau penghuni kantor ingin memilih posisi meja kerja yang tak
langsung ter-sentor angin AC, ya mesti mengatur diri. Apalagi bagi yang tak tahan AC, salah-salah justru bisa bikin badan meriang.

Desain interior dan tata ruang boleh menjadi urusan perancang interior. Tapi soal tata letak meja kerja ya mesti menjadi urusan
diri sendiri, bagaimana baiknya supaya tetap sehat dan produktif!

Sumber : Kompas

0 Comments:

 
Copyright 2008 | Komunitas Kosong Satu Blogger Template by Indonesian Traveller